Tokoh-Tokoh Sosiologi
TOKOH-TOKOH
SOSIOLOGI
Sebelum kita mengenal siapa
saja tokoh-tokoh pelopor sosiologi, kita harus memahami dulu mengenai ap aitu sosiologi.
Sosiologi merupakan ilmu yang membahas tentang berbagai aspek dalam masyarakat
serta pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Perubahan sosial yang mendorong
pemikiran sosiologi berkembang serentak di Eropa-Inggris, Perancis dan Jerman
pada akhir abad 18 dan awal abad 19, tepatnya pada masa revolusi industri
pertama (1.0). Menurut pandangan Peter L. Berger, Pemikiran sosiologi sendiri muncul
ketika masyarakat menghadapi ancaman/krisis terhadap hal yang selama ini
dianggap “normal”.
Tokoh-tokoh sosiologi yang
akan dibahas kali ini terdiri dari 4 orang, yaitu:
- Auguste Comte (1798 – 1857)
- Karl Marx (1818 – 1883)
- Emile Durkheim (1858 –
1917)
- Marx Weber (1864 –
1920)
Auguste Comte
Isidore Marie Auguste François Xavier
Comte (19 Januari 1798 – 5 September 1857) adalah seorang filusuf Perancis yang
dikenal karena memperkenalkan bidang ilmu sosiologi serta aliran positivisme. Oleh
karenanya pemahaman mengenai sosiologi itu lahir, dan karena inilah Auguste
Comte disebut sebagai “Bapak Sosiologi”.
Salah satu sumbangan
pemikirannya terhadap sosiologi yaitu mengenai hukum kemajuan kebudayaan
masyarakat yang dibagi menjadi tiga zaman. Hukum yang disebut dengan “Hukum
Tiga Jenjang” ini terdiri dari Zaman Teologis, Zaman Metafisika, dan Zaman
Positivis.
Zaman teologis adalah
zaman di mana masyarakatnya mempunyai kepercayaan magis, percaya pada roh,
jimat serta agama, dunia bergerak menuju alam baka, menuju kepemujaan terhadap
nenek moyang, menuju ke sebuah dunia dimana orang mati mengatur orang hidup. Zaman
metafisika yaitu masa masyarakat dimana pemikiran manusia masih terbelenggu
oleh konsep filosofis yang abstrak dan universal. Zaman positivis yaitu masa
dimana segala penjelasan gejala sosial maupun alam dilakukan dengan mengacu
pada deskripsi ilmiah (hukum-hukum ilmiah). Beliau juga menjelaskan tentang 2
poin soosiologi lainnya, yaitu:
·
Statika Sosial (Social Statistic) kajian teradap tatanan sosial (mewakili
stabilitas)
·
Dinamika Sosial (Social Dynamic) kajian
terhadap kemajuan dan perubahan sosial (mewakili perubahan)
Karl Marx
Karl Heinrich Santury
Marx (5 Mei 1818 – 14 Maret 1883) adalah seorang filsuf, ekonom, sejarawan,
pembuat teori politik, sosiolog, jurnalis dan sosialis revolusioner asal
Jerman. Teori-teori dan pemahamannya lah yang menciptakan suatu pemikiran yang
disebut sebagai Marxisme, yang merupakan sebuah akar dari pemikiran pemikiran
Komunisme di Uni Soviet.
Melalui pemikirannya, Karl
Marx memiliki mimpi untuk memperjuangkan masyarakat tanpa kelas, dimana
masyarakat tidak seharusnya terbagi menjadi golongan golongan yang berbeda
seperti kaum buruh maupun kaum kapitalis. Dalam pemahaman Marxisme, dinyatakan
bahwa umat manusia berkembang melalui perjuangan kelas.
Dalam kapitalisme,
manifes itu sendiri berada dalam konflik antara kelas pemerintahan yang
mengendalikan alat produksi dan kelas buruh dapat diperalat dengan menjual
tenaga buruh mereka sebagai balasan untuk upah. Bagi Marx, antagonisme kelas di
bawah kapitalisme, yang merupakan bagian dari ketidakstabilan dan alam
kecenderungan krisis, kemudian akan membuat kelas buruh mengembangkan
masyarakat tanpa kelas, yang berujung pada penaklukan mereka terhadap kekuasaan
politik dan kemudian menghimpun ketiadaan kelas, masyarakat komunis yang diatur
oleh asosiasi produsen bebas.
Emile Durkheim
David Émile Durkheim (15
April 1858 – 15 November 1917) merupakan salah satu pencetus sosiologi modern. Ia
mendirikan seorang fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa pada
1895, dan menerbitkan salah satu jurnal pertama yang diabdikan kepada ilmu
sosial, L'Année Sociologique pada akhir abad ke-19 (1896) yang berisi tentang
penelitian-penelitian sosiologi.
Perhatian Durkheim yang
utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan
koherensinya pada masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan
dan etnik bersama tidak ada lagi. Ketika di Jerman, Emile Durkheim
mempublikasikan beberapa tulisan tentang ilmu sosial dan filsafat.
Berkat tulisannya itulah,
ia kembali ke Perancis pada 1887, tepatnya ke Bordeaux, dan akhirnya mengajar
ilmu sosial yang baru dibuka di Universitas Bordeaux. Pada 1893, ia menerbitkan
kerya besar pertamanya berjudul "The Division of Labor in Society”. Dua
tahun kemudian, Durkheim menerbitkan "The Rules of the Sociological Method”.
Masih di tahun yang sama, yakni pada 1895, Durkheim akhirnya mendirikan
Departemen Sosiologi di Universitas Bordeaux, menjadi yang pertama di Eropa.
Pada 1897, Durkheim
menerbitkan karya besar ketiganya, "Suicide: A Study in Sociology,"
sebuah studi kasus yang mengeksplorasi tingkat bunuh diri yang berbeda di
antara umat Protestan dan Katolik. Dalam karyanya itu, ia juga berargumen bahwa
kontrol sosial yang lebih kuat di antara umat Katolik membuat tingkat bunuh
diri lebih rendah.
Salah satu teori yang
dikemukakan oleh Emile Durkheim adalah tentang fakta sosial. Fakta sosial
menurut Emile Durkheim harus menjadi pokok persoalan bagi sosiologi dan harus
diteliti dengan riset empiris. Inilah yang kemudian membedakan sosiologi
sebagai kegiatan empiris, berbeda dengan filsafat sebagai kegiatan mental.
Namun, perhatian Durkheim pada fakta sosial membuatnya sering dikritik karena
tidak memberi penekanan pada aspek individu sebagai aktor sosial.
Max Weber
Maximilian
Weber (21 April 1864 – 14 Juni 1920) adalah seorang ahli politik, ekonom,
geograf, dan sosiolog dari Jerman yang dianggap sebagai salah satu pendiri awal
dari Ilmu Sosiologi dan Administrasi negara modern. Karyanya yang paling
populer adalah esai yang berjudul “Die protestantische Ethik und der 'Geist'
des Kapitalismus” (Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme), yang
mengawali penelitiannya tentang sosiologi agama.
Weber berpendapat bahwa
agama adalah salah satu alasan utama bagi perkembangan yang berbeda antara
budaya Barat dan Timur. Dalam karyanya yang terkenal lainnya, Politics as a
Vocations, Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki
monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang
menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik Barat modern.
Menurut agama-agama Protestan
yang baru, seorang individu secara keagamaan didorong untuk mengikuti suatu
panggilan sekuler dengan semangat sebesar mungkin. Seseorang yang hidup menurut
pandangan dunia ini lebih besar kemungkinannya untuk mengakumulasikan uang.
Namun, menurut
agama-agama baru ini (khususnya, Calvinisme), menggunakan uang ini untuk
kemeweahan pribadi atau untuk membeli ikon-ikon keagamaan dianggap dosa. Selain
itu, amal umumnya dipandanga negatif karena orang yang tidak berhasil dalam
ukuran dunia dipandang sebagai gabungan dari kemalasan atau tanda bahwa Tuhan
tidak memberkatinya. Cara memecahkan paradoks ini, demikian Weber, adalah
menginvetasikan uang ini, yang memberikan dukungan besar bagi lahirnya
kapitalisme. Weber percaya bahwa dukungan dari etika Protestan pada umumnya
telah lenyap dari masyarakat.
Comments
Post a Comment